Rabu, 20 Februari 2013


Bisakah jadi Youth Center remaja Semarang?

Minggu-minggu belakangan, terkuak hasil dari Sembiz seminar yang diselenggarakan di Hotel Gumaya, telah ditandatangani beberapa Letter Of Intent (LoI) antara pemkot dengan investor. Diantaranya yang kemudian jadi polemik adalah pembangunan/revitalisasi lapangan Tri Lomba Juang.













Pemkot dan Investor merencanakan pembangunan hotel dan pusat perkantoran di kawasan ini, dengan menjanjikan tetap mempertahankan kawasan tersebut sebagai kawasan olahraga. Mungkin yang dibayangkan, hotel yang dimaksud adalah seperti hotel century atlet yang terletak di kawasan kompleks olah raga Senayan.,


Tri Lomba Juang adalah kompleks sarana olahraga yang paling lengkap di tengah kota Semarang. Bayangkan, di lahan yang sangat terbatas (3,4 hektar), kawasan ini memiliki sebuah GOR yang cukup besar, 6 buah lapangan tennis, dan sebuah atletik track. Sebagai kawasan olah raga, kawasan ini termasuk kawasan prestasi. Karena semua fasilitas olah raganya memiliki standar internasional. Bahkan dari sejumlah stadion maupun lapangan sepakbola, tidak banyak yang  memiliki lintasan atletik seperti di lapangan Tri Lomba Juang Sendiri. Dan dihari week end kawasan ini menjadi kawasan terbuka bagi khalayak umum dari muda hingga tua untuk berolahraga, seperti aerobik, taichi maupun joging.











Dari sejarahnya, GOR ini adalah hadiah atas prestasi atlet Jateng yang menjuarai lomba Tri Lomba Juang, yaitu olah raga kelompok yang mempertandingkan 3 jenis lomba yang diadopsi dari angka-angka keramat 17 km cross country, 8 km lari, dan 45 km gerak jalan, pada era tahun 80an.

Sebenarnya cukup strategis niatan pemkot untuk mengangkat kawasan ini untuk memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Namun beberapa kalangan cukup menyayangkan langkah pemkot yang dinilai grusa-grusu. Mereka yang berkeberatan  menakutkan beberapa hal.



  1. Kawasan tersebut akan menjadi kawasan komersial, sehingga masyarakat tak dapat lagi mengakses fasilitas yang ada, atau jika hendak mengakses harus mengeluarkan biaya yang mahal.
  2. Dipertanyakan juga, apakah jika telah dibangun apakah pemkot tetap menjadi pemegang otoritas atas penggunaan kawasan tersebut. Dan apakah lapangan tersebut masih bisa duigunakan sebagai tempat pusat pelatihan atlet, terutama atlet atletik.
  3. Kawasan tersebut merupakan kawasan pendidikan yang di kiri kanannya merupakan kawasan pendidikan. Setidaknya ada 6 sekolah(SMA 1, SMPS, STM Pembangunan, STM4, SMA Diponegoro, SMP 10) dan 1 universitas (Unisbank) berdiri dan bersebelahan langsung dengan kawasan tersebut. Dikuatirkan kawasan komersial tersebut akan mengganggu aktivitas pendidikan di beberapa sekolah tersebut.
  4. Dari segi lingkungan, ditakutkan pembangunan kawaan ini akan mengurang keeradaan ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Semarang.

Untuk itu beberapa elemen kota meminta pemkot untuk mempertahankan fungsi lapangan tersebut. Walupun secara kontradiktif kondisi terakhir Gelora Tri Lomba Juang sangat memprihatinkan, atau dengan kata lain rusak, karena beberapa fasilitas tak dapat digunakan secara maksimal. (Atau ini kondisi ini memang sengaja dibiarkan, soalnya memang hendak diproyekkan)

Lepas dari ketakutan-ketakutan itu , sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dikompromikan. Saya masih melihat ada banyak peluang untuk tetap membangun kawasan tersebut menjadi sebuah kawasan yang dapat memuaskan beberapa pihak yang berkepentingan, dari beberapa titik singgung.

Titik singgung tersebut adalah:
  1. Tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan komersal, sehingga pemkot dapat melakukan perawatan fasilitas yang ada,
  2. Kawasan komersial tersebut adalah juga sebuah kawasan yang menunjang kebutuhan pengembangan pendidikan dan olah raga.
  3. Kawasan tersebut harus tetap mempertahankan ruang terbuka hijau yang ada.

Saya sendiri sebenarnya sangat tertarik dengan konsep yang dikembangkan kawasan GOR Sumantri Bojronegoro di Kuningan Jakarta. Kawasan ini berada di area yang kurang lebih seluas GOR Tri Lomba Juang. Kawasan ini bisa dikatakan sebagai pusat kegiatan olah raga dan pendidikan. Dalam kawasan tersebut setidaknya bisa disebutkan fasilitas yang ada adalah: sebuah Mall bernama Pasar Festival yang menyediakan kebutuhan remaja, Book store dan beberapa gerai franchiese, dan mini market. Mal ini terintegrasi langsung dengan banyak fasilitas olahraga, seperti lapangan sepak bola dengan atletic track, kolam renang, Indoor stadium, Gym/fitness center, bowling, bilyard, dan wall clambing. Selain fasilitas olah raga, di kawasan ini juga memiliki sebuah food court yang dilengkapi dengan sebuah music corner (yang bisa diisi oleh band-band indie), sebuah karaoke corner dan sebuah kampus pun berdiri di kawasan tersebut.

Konsep tersebut dapat juga diadopsi untuk pengembangan kawasan Tri lomba Juang. Kawasan ini bisa dikembangkan sebagai pusat bisnis pendidikan, hiburan (positif) dan olah raga bagi remaja di kota Semarang. Terlebih Semarang sendiri belum memiliki kawasan terpadu untuk kegiatan kepemudaan (kecuali GOR Manunggal Jati, yang agenda kegiatannya pun belum dapat dimaksimalkan).

Kawasan GOR Tri Lomba Juang selain dikembangkan seperti halnya GOR Sumantri Bojronegoro, dapat dimaksimalkan pula dalam konsep Mal pendidikan. Antara lain Mal tersebut memberi peluang usaha bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin belajar bisnis, dengan membuka gerai murah semisal Distro/ Bistro, Studio atau Youth Bazar. Juga dapat dibuka beberapa lembaga bimbingan belajar dan aneka kursus (musik, acting, dance dll), Free Hotspot area atau internet cafe, dan book store point, maupun (jika perlu) terdapat cinema room atau bioskop. Selain itu beberapa ruang dapat disewakan bagi beberapa LSM atau lembaga kepemudaan untuk dapat berkantor di kawasan tersebut.

Point yang harus dijaga dari kawasan tersebut adalah jaminan dari pemerintahj kota bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan yang aman bagi pelajar dan mahasiswa. Yaitu kawasan yang bebas dari kenakalan remaja seperti bebas miras, bebas narkoba, bebas pornografi dan kawasan bebas bolos sekolah. Ini sangat penting, setidaknya hal ini akan membuat orang tua merasa secure jika anaknya bermain di kawasan ini, dan dukungan orang tua atau warga pada kawasan ini, berarti merupakan nilai tambah bagi investor untuk mengembangkan bisnisnya.

Beberapa manfaat positif dari pendirian kawasan tersebut adalah. Kawasan ini akan akan menjadi center point bagi kegiatan remaja dan pemuda di kota Semarang, sakaligus fasilitas tersebut memiliki nilai komersial bagi pemerintah kota dan investor, yang ujung-ujungnya dikembalikan untuk perawatan fasilitas yang ada (sehingga tak terbengkelai seperti kondisi saat ini).

Mungkin keuntungan yang bisa diambil dengan konsep pembangunan seperti ini tak sebesar jika dibandingkan dengan konsep pembangunan kawasan komersial murni. Namun dalam jangka panjang, fasilitas ini akan menjadi pusat interaksi remaja Semarang dalam meningkatkan nilai saing remaja Semarang dibanding remaja-remaja kota lain, mengingat saat ini sepertinya remaja Semarang seperti minim prestasi dalam banyak bidang, dan ujung-ujungnya akan semakin menarik banyak remaja untuk mengunjungi tempat tersebut, dan ikut memanfaatkan fasilitas yang ada.

Bagaimana? Apakah Pemkot juga telah memikirkan hal ini?



Posted by Agung Sulistyo On 04.28 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Label

Advertisement

Translate

Categories