Bisakah jadi
Youth Center remaja Semarang?
Minggu-minggu belakangan, terkuak
hasil dari Sembiz seminar yang diselenggarakan di Hotel Gumaya, telah
ditandatangani beberapa Letter Of Intent (LoI) antara pemkot dengan investor.
Diantaranya yang kemudian jadi polemik adalah pembangunan/revitalisasi lapangan
Tri Lomba Juang.
Pemkot dan Investor merencanakan
pembangunan hotel dan pusat perkantoran di kawasan ini, dengan menjanjikan
tetap mempertahankan kawasan tersebut sebagai kawasan olahraga. Mungkin yang
dibayangkan, hotel yang dimaksud adalah seperti hotel century atlet yang
terletak di kawasan kompleks olah raga Senayan.,
Tri Lomba Juang adalah kompleks sarana olahraga
yang paling lengkap di tengah kota Semarang. Bayangkan, di lahan yang sangat
terbatas (3,4 hektar), kawasan ini memiliki sebuah GOR yang cukup besar, 6 buah
lapangan tennis, dan sebuah atletik track. Sebagai kawasan olah raga, kawasan ini termasuk
kawasan prestasi. Karena semua fasilitas olah raganya memiliki standar
internasional. Bahkan dari sejumlah stadion maupun lapangan sepakbola, tidak
banyak yang memiliki
lintasan atletik seperti di lapangan Tri Lomba Juang Sendiri. Dan dihari week
end kawasan ini menjadi kawasan terbuka bagi khalayak umum dari muda hingga tua
untuk berolahraga, seperti aerobik, taichi maupun joging.
Dari
sejarahnya, GOR ini adalah hadiah atas prestasi atlet Jateng yang menjuarai
lomba Tri Lomba Juang, yaitu olah raga kelompok yang mempertandingkan 3 jenis
lomba yang diadopsi dari angka-angka keramat 17 km cross country, 8 km lari,
dan 45 km gerak jalan, pada era tahun 80an.
Sebenarnya
cukup strategis niatan pemkot untuk mengangkat kawasan ini untuk memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi. Namun beberapa kalangan cukup menyayangkan langkah
pemkot yang dinilai grusa-grusu. Mereka yang berkeberatan menakutkan beberapa hal.
- Kawasan tersebut akan menjadi kawasan komersial, sehingga masyarakat tak dapat lagi mengakses fasilitas yang ada, atau jika hendak mengakses harus mengeluarkan biaya yang mahal.
- Dipertanyakan juga, apakah jika telah dibangun apakah pemkot tetap menjadi pemegang otoritas atas penggunaan kawasan tersebut. Dan apakah lapangan tersebut masih bisa duigunakan sebagai tempat pusat pelatihan atlet, terutama atlet atletik.
- Kawasan tersebut merupakan kawasan pendidikan yang di kiri kanannya merupakan kawasan pendidikan. Setidaknya ada 6 sekolah(SMA 1, SMPS, STM Pembangunan, STM4, SMA Diponegoro, SMP 10) dan 1 universitas (Unisbank) berdiri dan bersebelahan langsung dengan kawasan tersebut. Dikuatirkan kawasan komersial tersebut akan mengganggu aktivitas pendidikan di beberapa sekolah tersebut.
- Dari segi lingkungan, ditakutkan pembangunan kawaan ini akan mengurang keeradaan ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Semarang.
Untuk itu beberapa
elemen kota meminta pemkot untuk mempertahankan fungsi lapangan tersebut.
Walupun secara kontradiktif kondisi terakhir Gelora Tri Lomba Juang sangat
memprihatinkan, atau dengan kata lain rusak, karena beberapa fasilitas tak
dapat digunakan secara maksimal. (Atau ini kondisi ini memang sengaja
dibiarkan, soalnya memang hendak diproyekkan)
Lepas dari
ketakutan-ketakutan itu , sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dikompromikan.
Saya masih melihat ada banyak peluang untuk tetap membangun kawasan tersebut
menjadi sebuah kawasan yang dapat memuaskan beberapa pihak yang berkepentingan,
dari beberapa titik singgung.
Titik singgung
tersebut adalah:
- Tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan komersal, sehingga pemkot dapat melakukan perawatan fasilitas yang ada,
- Kawasan komersial tersebut adalah juga sebuah kawasan yang menunjang kebutuhan pengembangan pendidikan dan olah raga.
- Kawasan tersebut harus tetap mempertahankan ruang terbuka hijau yang ada.
Saya sendiri
sebenarnya sangat tertarik dengan konsep yang dikembangkan kawasan GOR Sumantri
Bojronegoro di Kuningan Jakarta. Kawasan ini berada di area yang kurang lebih
seluas GOR Tri Lomba Juang. Kawasan ini bisa dikatakan sebagai pusat kegiatan
olah raga dan pendidikan. Dalam kawasan tersebut setidaknya bisa disebutkan
fasilitas yang ada adalah: sebuah Mall bernama Pasar Festival yang menyediakan
kebutuhan remaja, Book store dan beberapa gerai franchiese, dan mini market.
Mal ini terintegrasi langsung dengan banyak fasilitas olahraga, seperti lapangan
sepak bola dengan atletic track, kolam renang, Indoor stadium, Gym/fitness
center, bowling, bilyard, dan wall clambing. Selain fasilitas olah raga, di
kawasan ini juga memiliki sebuah food court yang dilengkapi dengan sebuah music
corner (yang bisa diisi oleh band-band indie), sebuah karaoke corner dan sebuah
kampus pun berdiri di kawasan tersebut.
Konsep tersebut
dapat juga diadopsi untuk pengembangan kawasan Tri lomba Juang. Kawasan ini
bisa dikembangkan sebagai pusat bisnis pendidikan, hiburan (positif) dan olah
raga bagi remaja di kota Semarang. Terlebih Semarang sendiri belum memiliki
kawasan terpadu untuk kegiatan kepemudaan (kecuali GOR Manunggal Jati, yang
agenda kegiatannya pun belum dapat dimaksimalkan).
Kawasan GOR Tri
Lomba Juang selain dikembangkan seperti halnya GOR Sumantri Bojronegoro, dapat
dimaksimalkan pula dalam konsep Mal pendidikan. Antara lain Mal tersebut
memberi peluang usaha bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin belajar bisnis,
dengan membuka gerai murah semisal Distro/
Bistro, Studio atau Youth Bazar.
Juga dapat dibuka beberapa lembaga bimbingan
belajar dan aneka kursus (musik, acting, dance dll), Free Hotspot area atau internet cafe, dan book store point, maupun
(jika perlu) terdapat cinema room
atau bioskop. Selain itu beberapa ruang dapat disewakan bagi beberapa LSM atau lembaga kepemudaan untuk dapat berkantor di kawasan tersebut.
Point yang
harus dijaga dari kawasan tersebut adalah jaminan dari pemerintahj kota bahwa
kawasan tersebut merupakan kawasan yang aman bagi pelajar dan mahasiswa. Yaitu
kawasan yang bebas dari kenakalan remaja seperti bebas miras, bebas narkoba, bebas pornografi dan kawasan bebas bolos sekolah. Ini sangat
penting, setidaknya hal ini akan membuat orang tua merasa secure jika anaknya bermain di kawasan ini, dan dukungan orang tua
atau warga pada kawasan ini, berarti merupakan nilai tambah bagi investor untuk
mengembangkan bisnisnya.
Beberapa
manfaat positif dari pendirian kawasan tersebut adalah. Kawasan ini akan akan
menjadi center point bagi kegiatan remaja dan pemuda di kota Semarang,
sakaligus fasilitas tersebut memiliki nilai komersial bagi pemerintah kota dan
investor, yang ujung-ujungnya dikembalikan untuk perawatan fasilitas yang ada
(sehingga tak terbengkelai seperti kondisi saat ini).
Mungkin
keuntungan yang bisa diambil dengan konsep pembangunan seperti ini tak sebesar
jika dibandingkan dengan konsep pembangunan kawasan komersial murni. Namun
dalam jangka panjang, fasilitas ini akan menjadi pusat interaksi remaja
Semarang dalam meningkatkan nilai saing remaja Semarang dibanding remaja-remaja
kota lain, mengingat saat ini sepertinya remaja Semarang seperti minim prestasi
dalam banyak bidang, dan ujung-ujungnya akan semakin menarik banyak remaja
untuk mengunjungi tempat tersebut, dan ikut memanfaatkan fasilitas yang ada.
Bagaimana?
Apakah Pemkot juga telah memikirkan hal ini?
0 komentar:
Posting Komentar